Kenapa Candi selalu Dibangun Tidak Jauh dari aliran Sungai dan Parit.
2 min read
Magelang, Jarrakposjateng.com.
Minggu(19/7/2020). Orang tidak berpikir bahkan tidak pernah tahu, bahwa candi- candi di Indonesia selalu dibangun tidak pernah jauh dari aliran sungai atau parit.

Menurut Doktor Maria Tri Widastuti, seorang Arkheolog di Jogjakarta, memang ada aturan tersendiri dalam membangun sebuah candi, yaitu memakai pedoman baku”Wastu Purusha Mandala” untuk menentukan letak dan warna tanah.
Hal yang sama dilakukan juga oleh para Undagi di Bali dalam membuat rumah pada jaman dahulu dengan memakai pedoman Asta Kosala dan Asta Kosali serta Asta Bhumi.
Sangat detail sekali perhitungan orang/Undagi/Mpu jaman dahulu, mulai mencari lokasi, tanah, ukuran tinggi yang akan dibangun, luas, dan arah, serta bentuk bangunan yang akan dibuat.

Kenapa candi di bangun tidak jauh dari aliran sungai dan parit? sangat disayangkan, Archeolog Doktor Maria Tri Widiastuti belum bisa memberikan keterangan secara rinci karena kesibukanya.

Menurut pewarta Jarrakposjateng.com yang juga menyukai bidang sejarah dan arkheologi, ada kemungkinan metode Wastu Purusha Mandala tidak berbeda jauh dengan metode Bali kuno Asta Kosala kosali dan asta bhumi.Tetapi tata letak Candi yang selalu tidak jauh dari Aliran Sungai ini perlu dipertanyakan pada para ahli Arkheologi, termasuk Doktor Maria.

Banyak Candi digunakan sebagai tempat pemujaan arwah leluhur dan sebagai makam raja .
Jarrakposjateng berdasar pemahaman dalam buku sejarah purbakala, mempunyai asumsi/pendapat, kenapa candi dibangun tidak jauh dari aliran sungai dan parit, kemungkinan untuk mempermudah melarung abu jenasah raja/ keluarganya setelah dikremasi di sekitar candi dan setelah disemayamkan di dalam candi, lalu abu jenasah dilarung melalui aliran air terdekat candi, tetapi asumi/pendapat ini masih perlu diuji kebenaranya.
Editor. : EH
Pewarta : Bagus